Boys


oleh: Yuliana

Boys



Boys, nama anjing peliharaanku pada tahun 2006 ketika saya bertugas di Pulau Rote. Boys saya ajari untuk memberi salam kepada orang lain. Boys anjing yang taat. Ia tidak pernah makan makanan yang disiapkan di meja makan. Bila dimandikan, ia menurut.

Setiap hari ketika saya pulang sekolah, Boys selalu memberi salam. Suatu hari saya dikejutkan dengan sikap kesetiaannya yang dibuktikan pada saya. Ketika itu saya mendapat kepercayaan untuk melayani di gereja Elsadai di suatu desa lain.

Pagi itu ketika saya pergi dengan berkendaraan motor. Lalu dia mengikuti saya tetapi saya mengusirnya untuk pulang. Saya menyangka Boys pulang sehingga saya terus melanjutkan perjalanan ke gereja tersebut. Tetapi ternyata dia mengikuti saya sampai dj gereja. Lalu dia masuk dan duduk di samping kursi saya.

Ketka tiba saatnya saya  dipersilahkan ke mimbar untuk berkhotbah, dia pun maju bersama saya dan duduk di samping mimbar.hingga selesai. Ketika ibadah berakhir kami harus pulang, saya memutuskan untuk memboncengkannya di atas motor. Dia pun taat dan duduk tenang hingga tiba di rumah.

Tibalah hari yg menyedihkan saya ketika harus berpindah tugas ke kota Kupang pada tahun 2014. Ketika itu aturan tidak mengizinkan membawa anjing dalam perjalanan ke kota Kupang. Hal ini disebabkan kekuatiran akan virus rabies. Pada hari saya akan berangkat ke pelabuhan, saya mangantar dan menitipkannya pada adikku di rumahx.untuk diantar ke rumah adik yagn bungsu di Kecamatan Rote Barat Daya.

Kami tinggal di Kecamatan Lobalain. Jarak dari Lobalian ke Barat Daya sekitar 25 km. Akhirnya setelah kami berangkat Boys pun diantar ke sana, di desa Batutua tempat adik saya.

Sehari setelah dia berada disana dan tidak melihat saya, minggatlah dia dari rumah adik saya dan pergi mencari saya di suatu desa lain. Desa itu bernama Desa Oetefu, desa tempat kakak saya tinggal, karena pernah  kami membawanya ke sana dengan mobil. Tetapi ketika di sanapun dia tidak menemukan saya. Maka kembalilah dia berjalan sendirian ke rumah kami di Lobalain tanpa penghuni.

Dia sendirian menjaga rumah kami. Enam bulan kemudian saya berkesempatan ke Pulau Rote yang sekarang dikenal sebagai  Kabupaten Rote-Ndao, Ketika saya tiba di rumah, Boys berlari mendekati saya dan merangkul saya.. Kejadian yang sangat mengharukan. Dia merangkul dan menggongong dengan  suaranya yang khas. Suara itu jika diartikan, seakan dia bertanya "Di mana kamu selama ini? Aku selalu mencarimu, sehingga saya sempat meneteskan air mata seraya merasakan kesedihan hatinya. selama saya tinggalkan dia.

Ketika itu juga saya langsung membelikan makanan dan memberi dia minum. Hati saya sangat sedih karena akan pergi meninggalkannya lagi. Ketika itu saya harus berangkat pulang dengan menggunakan jasa pesawat terbang. Saya berusaha meminta surat keterangan/ijin dari Dinas Peternakan  untuk membawanya ke kota Kupang, tetapi tidak diizinkan karena anjingnya sudah dewasa.

Saya  menghubungi seorang awak kapal di Kapal Bahari untuk mencarikan kemungkinan dapat membantu Boys ke Kupang. Usaha saya berhasil diterima namun diminta untuk dimasukan ke dalam karung kemudian ditititpkan pada tetangga yagn akan ke Kupang.

Saya pun berangkat dengan pesawat kembali ke Kupang. Keesokan harinya Boys pun di berangkatkan bersama Pak Hendrik ke Kupang dengan Kapal Bahari dengan posisi disembunyikan di dalam karung. Tetapi atas pertolongan Tuhan ketika di atas kapal setelah diketahui anjing besar maka disuruh untuk dikeluarkan dari karung.

Boys mendapatkan tempat duduk di samping Pak Hendrik. Boys pun duduk dg tenang dan membuat orang-orang sekitarnya terkagum-kagum karena dia duduk seperti seseorang yang sedang menikmati perjalanan bersama tuannya. Padahal, tuannya telah tiba di Kupang. Akhirnya tibalah Boys dengan selamat dan sukacita di Kota Kupang, tepatnya di rumah kami Kelurahan Oebufu.

Boys akhirnya bahagia tinggal bersama saya dan keluarga. Empat bulan kemudian ia diracuni oleh orang-orang yang berniat menculiknya.

Tahun 2017, ia mati dan dikuburkan. Betapa kisah Boys yang tak akan saya lupakan. Saya sungguh merindukan untuk mengenangkannya dalam kisah dan gambar. Mohon pak Rony ijinkan saya untuk memasang fotonya di sini sebagai lampiran sekaligus kenangan.



Oleh: Yuliana Henuk, Kota Kupang.
Catatan
Pengalman pertama kalinya mencoba menulis dari objek yang diberikan pak Rony. Imanuel

Jawaban pak Roni: Silahkan. Tapi saya tunggu lebih dari 12 jam belum juga mengirimkan foto/gambar si Boys. Saya  unggah dulu. Pada waktunya dapat diedit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhat ibu Guru pada Jalan yang dilalui Bagai si Anak Tiri

Catatan tentang Kebun Kelapa pada Penulis Pemula

Menulis untuk Berterima kasih