Guru Terlambat Masuk Sekolah Hatinya Menuduh
Tertuduh oleh Hati
Guru
merupakan panutan bagi setiap peserta didik dan maupun warga sekolah. Profesi guru
menuntut kedisiplinan yang terlihat pada kehadiran di sekolah setiap waktu reguler belajar. Kualitas diri diwujudkan dalam profesionalisme, dan keteladanan patutlah menjadi semboyan di hati. Motivasi dan keteladanan bagai apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara dalam semboyan pendidikan yaitu Ing Ngarso
Sung Tuladha, guru sebagai teladan atau contoh bagi peserta didik yang
digugu dan ditiru. Maka guru haruslah menunjukkan perilaku, sikap dan tutur
kata yang sesuai aturan dan norma yang baik sehingga peserta didik dan warga
sekolah akan melihat cerminan yang baik dari sosok seorang guru teladan.
Menjadi
seorang guru teladan otomatis menaati aturan yang ada di sekolah. Guru senantiasa memiliki jiwa tanggung jawab. Hadir di sekolah tepat waktu dan selalu
ada di kelas bersama peserta didik untuk berproses pada interaksi belajar mengajar. Guru merencanakan tugasnya dalam wujud admistrasi secara terstruktur dan mendapat mencapai tujuan belajar. Setiap
peserta didik merindukan kehadirannya sosok seorang guru yang bisa mendampingi
saat di kelas belajar bersama guru untuk menambah pengetahuan sebagai bekal
ilmu seorang peserta didik,
Fakta tidak selalu sama dengan teori. Guru dapat saja tidak tepat waktu, maka hal ini akan mengganggu
kelancaran aktivitas sekolah, baik saat apel pagi ataupun aktivitas kegiatan
belajar mengajar. Guru tidak merasa nyaman dalam dalam posisi tersebut. Saya pernah mengalami hal semacam ini. Jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh, berbeda kecamatan maka membutuhkan waktu 1 jam karena kondisi
jalan yang rusak. Semestinya hal ini bukan menjadi alasan seorang guru
datang terlambat.
Sedikit bercerita situasi yang saya alami dan rasakan saat terlambat. Saya merasa malu dengan diri saya sendiri, merasa tertuduh oleh hati sendiri malu dengan keadaan saya terlambat, walaupun tidak pernah dihujat oleh warga yang melihat saya melintas. Mereka tahu kalau saya sudah terlambat datang tidak tepat waktu, begitu juga rekan guru dan peserta didik saya tidak menghujat ataupun memprotes pada saya, tetapi hati ini seakan sedang mengolok-olok dan menghina saya dan membuat saya jadi malu pada diri sendiri.
Rasa yang saya alami ini membuat saya berkomitmen dan tidak ini untuk terlambat, jika saya ada kendala di jalan dan akan membuat saya terlambat maka saya menginformasikan pada rekan-rekan guru di sekolah melalui WA Grup sekolah.
Dari apa yang saya rasakan menurut saya tertuduh oleh hati itu sangat berat dan akan lebih berat lagi jika mendapat hujatan dari warga/orangtua peserta didik atau juga oleh rekan guru-guru. Pastinya malu bukan kepalang.Maka, sebelum semua ini terjadi saya menyadari diri dan memilih untuk berbenah diri konsekuensi dengan waktu datang lebih awal. Dari apa yang saya hadapi ini kiranya bisa jadi inspirasi bagi pembaca terlebih bagi pembaca yang memiliki profesi yang sama.
Satu kata sebagai motivasi “sadar diri daripada disarankan” tertuduh oleh hati saja sudah berat apalagi hujatan dari orang lain.
Penulis: Rosalina Kasse
Editor: Admin
semoga di dalam tugas para guru tidak mengalami sebagaimana yang terlihat pada foto ini. Ayo menulis
BalasHapusTerima kasih ibu Kepsek tulisan yang juga saya alami kejadian kejadian ini
BalasHapus