Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto pada Ibadah Panen Perdana

 

Sumber foto: Akun FB Felius Bani


Hari  Minggu (9/3/25) dalam Ibadah Minggu Kedua Sengsara Yesus di Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto disertai dengan  syukur panen perdana. Hasil panen yang dimaksud sebagai persembahan pada ibadah ini yakni jagung. Suatu tradisi membawa bulir-bulir jagung ke dalam rumah ibadah sebelum petani dan anggota keluarganya menikmati buah pertama dari ladang mereka. Masyarakat petani/peladang menyebut namanya dalam bahasa lokal, ttuun pena' (harfiah: bakar jagung).

Kata  Panen sendiri adalah kegiatan memetik atau mengumpulkan hasil dari menanam di ladang/kebun. Panen lainnya dari hasil beternak. Panen perdana. Perdana dalam hal ini dimaksudkan sebagai yang pertama kalinya. Jadi, panen perdana dapat menjadi simbol keberhasilan petani dan awal dari kemandirian pangan. Pengertian itu berdasarkan pengalaman kami di Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto.

Dari sekilas penjelasan tentang kata panen itu sendiri dan panen perdana dapat dibayangkan banyak hal mengenai ibadah kami pada hari Minggu (9/3/25).

Ibadah Syukur panen perdana bukan hal yang baru bagi jemaat Pniel Tefneno Koro'oto karena sudah menjadi program tetap dan telah mentradisi. Siapa pun Ketua Majelis Jemaat yang bertugas di Koro'oto, dalam rapat dan sidang baik Sidang Tahunan Majelis Jemaat maupun Sidang Anggota Sidi (Sidang Jemaat) dipastikan hal ini akan terprogram. Mengapa? Karena anggota jemaat ini dominan berprofesi sebagai petani.

Hulu hasil yang dibawakan sebagai persembahan berupa jagung muda, sayur (daun muda) labu dan buah labu.

Jagung adalah tanaman umur pendek yang cepat dituai dan merupakan salah satu tanaman pangan terpenting selain padi dan gandum. Jagung mengandung karbohidrat yang digunakan menjadi bahan makanan karena memiliki protein dan kalori.

Berdoa sebelum persembahan dikumpulkan; Sumber: Akun FB Felius Bani


Walaupun sebelum tanggal 9 Maret 2025 sudah ada anggota jemaat menuai (panen; sekit) dan membawanya sebagai persembahan dalam ibadah rayon, namun partisipasi semua Kepala Keluarga tetap dijalani dalam Ibadah syukur panen perdana.

Sebagaimana lazimnya akan ada pengumuman melalui Warta Jemaat untuk pelaksanaan program ini. Pengumuman disertai pengiriman tanda rasa syukur. Tanda itu dibagikan kepada setiap Kepala Keluarga. Setiap Kepala Keluarga yang menerima tanda syukur itu dikembalikan melalui anggota Majelis Jemaat di Rayon masing-masing. Selanjutnya anggota Majelis Jemaat itu menempatkan pada satu unit baki/nyiru. Baki/nyiru ditutup dengna kain tenunan. Seorang anak ditugaskan untuk membawa persembahan dari tiap rayon ketika persembahan umum dihantarkan ke meja persembahan.

Selain tanda syukur anggota dari rayon menyiapkan makanan lokal yang khas atoin Meto'. Makanan lokal ini disajikan untuk dapat dinikmati bersama sesudah ibadah Minggu.

Makanan lokal disajikan; Sumber: Akun FB Felius Bani

Setelah pengumuman beredar di tiap rayon anggota jemaat bersama anggota Majelis Jemaat yang bertugas di rayon pelayanan duduk bersama. Mereka mengadakan rapat secara informal, merancang serta menyepakati makanan lokal yang akan disiapkan. Sabtu kebun-kebun sudah dikunjungi oleh pemilik untuk mengambil hulu hasil yang akan dibawa ke gereja sebagia persembahan. 

Setelah mengelola makanan lokal yang disediakan tak lupa juga amplop tanda persembahan khusus jemaat disuguhkan dalam satu unit nyiru (aaz: a'tupa'), dan ada juga yang meletakkan di tempat sirih (aaz: oko'mama') lalu menutup bagian atas dengan salendang kecil (aaz: po'uk) dan mengutus seorang anak untuk membawanya.

Ibadah Minggu dilangsungkan seperti biasa dan pada saat persembahan tangguk persembahan dijalankan oleh para diaken. Persembahan terkumpul, prosesi pembawa persembahan berlangsung. Anggota Majelis Jemaat yakni Diaken berjalan di depan, diikuti anak-anak yang mendapat tugas mengantar persembahan dari rayon-rayon pelayanan. Prosesi berlangsung dalam iringan lagu persembahan yang masih dinyanyikan. Ketika tiba di meja persembahan selalu ada doa persembahan. Seringkali doa itu dalam bentuk natoni ( aaz: a'asramat) tetapi hari Minggu ini, tidak demikian. Mungkin karena tidak sempat disampaikan untuk disiapkan oleh diaken memimpin doa seperti biasanya karena ini baru kali pertama dengan pendeta baru pada periode pelayanan ini.

Setelah prosesi itu selesai hulu hasil yang ada sebagai persembahan oleh jemaat diuangkan dengan pendekatan lelang. Hasilnya akan diserahkan kepada Pengelola Perbendaharaan yakni Majelis Jemaat Harian. Pengelolaan ini dimaksudkan untuk kelancaran pelayanan.

Ibadah berakhir. Makanan lokal yang disiapkan disajikan pada beberapa tempat. Dapat disebutkan di sini makanan lokal sepertiL jagung muda rebus (aaz: peen maet hana'), kue pisang, (aaz: kuik uki'),  lemet singkong, (aaz: rauk amu'), dan beberapa jenis olahan ubi dan jagung lainnya yang tak sempat disebutkan namun dasarnya dikategorikan sebagai makanan lokal.

Sajian makanan dapat diambil oleh siapapun; Sumber: Akun FB Felius Bani

Setelah menikmati rasa syukur melalui makan bersama kami semua kembali ketiap tugas tanggung jawab masing-masing dengan kesaksian bagi dunia bahwa pemeliharaan Tuhan itu sempurna bagi kami atoin' kuan Koro'oto.



Penulis: Merdana Santri Ora
Editor: Admin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curhat ibu Guru pada Jalan yang dilalui Bagai si Anak Tiri

Catatan tentang Kebun Kelapa pada Penulis Pemula

Menulis untuk Berterima kasih